Selasa, 27 Oktober 2015

MENGUATNYA DOLLAR TERHADAP RUPIAH DAN ANALISIS



                                              
DAMPAK MENGUATNYA DOLLAR TERHADAP RUPIAH


Sejumlah usaha mulai mengalami dampak buruk dari pelemahan nilai rupiah terhadap dolar AS. Pelaku industri batik, tempe, otomotif, dan bisnis penerbangan mengaku merosotnya nilai tukar rupiah memengaruhi bisnis mereka.

Perajin batik di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, menyatakan terpuruk karena biaya produksi yang semakin tinggi. Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Kabupaten Pekalongan Failasuf mengatakan, para perajin batik semakin resah saja karena dalam kurun dua bulan terakhir, rupiah tak mampu menghadapi keperkasaan dolar.

‘’Dampak yang paling terasa adalah semakin tingginya biaya produksi,’’ kata Failasuf, Kamis (12/3). Para perajin masih harus mendatangkan bahan baku dari luar negeri. Merosotnya nilai rupiah membuat harga bahan baku tersebut bertambah mahal.

Beberapa bahan baku yang harus diimpor, di antaranya sutra, katun, hingga obat pewarna. Failasuf mengatakan, transaksi pembelian semua bahan baku itu dalam bentuk dolar AS. Karena itu, tambah dia, harga jual batik naik.

Sayangnya, daya beli masyarakat tak berubah sehingga omzet penjualan batik turun. Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kabupaten Pekalongan Agus Dwi Nugroho mengatakan bahwa margin produsen batik makin tertekan. Sebab, produksi yang mahal belum tentu diikuti dengan harga jual yang lebih tinggi jika melihat daya beli konsumen di pasar.
 
Perajin tempe juga harus menghadapi dampak buruk dari melemahnya rupiah. Mereka harus menyiasati harga produksi yang tambah besar akibat kedelai impor naik. ‘’Kalau harga tempe sih gak mungkin naik," ujar Rutina, seorang perajin tempe di Sepatan, Kabupaten Tangerang, Banten.

Rutina menjelaskan bahwa yang ia lakukan saat harga dolar naik adalah dengan mengurangi ukuran tempe yang ia produksi, tapi harga jualnya sama. Biasanya, ia menjual setengah kilogram tempe dengan harga Rp 5.000. Harga itu tetap ia pertahankan saat dolar kian melambung.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D Sugiarto mengatakan, pasar otomotif juga terancam melemah dengan semakin menguatnya dolar AS. ‘’Kalau ini terus berkelanjutan, merek-merek mobil terpaksa menyesuaikan harga.’’

Begitu pula dari dunia penerbangan. Menurut Direktur Utama AirAsia Indonesia Sunu Widyatmoko, pelemahan rupiah berdampak pada industri penerbangan karena komponen transaksi operasional perusahaan sebagian besar dengan mata uang dolar AS. "Airlines ini komponen dolarnya cukup besar, berkisar antara 60-70 persen. Dengan pelemahan itu, tentu akan sangat memberatkan karena sebagian revenue dalam bentuk rupiah," ujar Sunu menjelaskan, Kamis (12/3).

ANALISIS :
            Menurut analisis saya, dampak menguatnya dollar yang semakin menekan nilai mata uang Rupiah sangat berpengaruh ke berbagai bidang, terutama dalam bidang industri yang bahan bakunya berasal dari luar negeri, dikarenakan jika dollar menguat atau naik maka bahan baku juga akan selalu mengikuti peningkatan maupun penurunan dollar sehingga bahan baku akan mencapai harga yang sangat tinggi apabila dirupiahkan. Dalam hal ini membuat para pengusaha yang menggunakan bahan baku berasal dari luar negeri kualahan untuk mencari solusi agar produksi mereka tidak terhambat dan tidak mengalami kerugian melainkan stabil. Tetapi tidak dapat dihindarkan karena dampak menguatnya dollar belakangan ini membuat mereka harus mengambil beberapa keputusan untuk memutuskan hubungan kerja dengan karyawannya dan bahkan sampai gulung tikar. Analisis Saya didukung dengan kutipan berita diatas.


Ref :http://www.republika.co.id/berita/koran/halaman-1/15/03/13/nl50q2-usaha-mulai-terdampak-rupiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar